Friday, July 27, 2007

Strategi Rekonstruksi Transportasi Kepulauan Nias

Kepala BRR Perwakilan Nias William P. Sabandar, PhD sedang memimpin pelaksanaan Nias Island Stakeholder Meeting (NISM), didampingi Kepala Perwakilan PBB, Kepala Perwakilan Bank Dunia dan Kepala BRR NAD-Nias.

Wawancara Kepala BRR Perwakilan Nias:

William P. Sabandar, PhD

Rekonstruksi pasca bencana telah banyak mengubah wajah Kepulauan Nias. Kawasan kepulauan yang secara geografis terpencil dari berbagai pusat kemajuan di Sumatera Utara ini dikenal sebagai daerah yang miskin dengan infrastuktur transportasi yang sangat buruk.

Bencana Tsunami 24 Desember 2004 dan Gempa Bumi 28 Maret 2005 menyebabkan kerusakan yang masif di seluruh daerah Nias. Tetapi karena bencana ini pula, bantuan datang dari berbagai pernjuru dunia, baik untuk memberikan bantuan kemanusiaan maupun untuk membangun kembali Nias yang lebih baik.

Pemerintah Indonesia pun mendirikan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang secara khusus mendapat mandat untuk mengkoordinir seluruh upaya pembangunan kembali NAD dan termasuk Nias. Bagi kepulauan Nias, kesempatan ini terbukti telah meningkatkan kapasitas berbagai sektor mulai dari infrastruktur transportasi, pendidikan, kesehatan, ekonomi masyarakat, sumber daya air dan ketenagalistrikan hingga pemerintahan.

Khusus untuk sektor infrastruktur transportasi, kemajuan yang dicapai bakal melebihi kabupaten manapun di Sumatera Utara. Jalan-jalan propinsi sekarang telah diperbaiki dengan pelapisan hotmix kualitas tinggi. Waktu tempuh perjalanan darat di kepulauan Nias kini menyusut tajam.

Berbagai infrastruktur lainnya, seperti pelabuhan dan bandara ikut dibangun secara besar-besaran. Traffik pesawat keluar masuk Nias kini meningkat tajam. Demikian juga dengan sektor pelayaran dari Nias ke Sibolga.

Tokoh dibalik upaya besar merubah wajah Kepulauan Nias adalah Kepala BRR Perwakilan Nias William P. Sabandar, PhD. Begitu mendapat tugas memimpin proses rekonstruksi kepulauan Nias, doktor dalam bidang transportasi ini langsung menghadapi tantangan mengatasi kesulitan pokok di Nias yaitu infrastruktur transportasi.

Masalah miskinnya transportasi ini bukan hanya telah menyebabkan Nias menjadi kawasan terisolir, namun juga menghambat laju proses rehabilitasi dan rekonstruksi. Sebagaian besar wilayah di Kepulauan Nias tidak dapat dilalui kendaraan. Sementara itu kapasitas pelabuhan tidak dapat melayani bongkar muat material kebutuhan rekonstruksi.

Namun demikian, hanya dalam waktu kurang dari dua tahun semenjak BRR mulai melaksanakan tugas di Nias pada Agustus 2006, berbagai infrastruktur strategis mulai dapat diatasi. Pelabuhan Lahewa yang rusak karena bencana telah diperbaiki. Pelabuhan Sirombu, Teluk dan Gunungsitoli pun ikut dibenani.

Bagaimana strategi pengembangan infrastruktur transportasi dan dampaknya terhadap pengembangan ekonomi masyarakat Nias pada masa-masa mendatang? Berikut wawancara kami dengan William P. Sabandar, PhD, hari Rabu 18 Juli 2007 di Kantor BRR Perwakilan Nias, Fodo-Gunungsitoli, Nias.

Bagaimana strategi Anda dalam membangun systen infrastruktur transportasi di Kepualauan Nias?

Awalnya jaringan transportasi yang telah ada di Kepulauan Nias tidak memiliki sistem dan hirarki yang jelas. Kondisi jaringan transportasi cenderung dikembangkan tanpa melihat hirarki pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Padahal, untuk membangun sistem jaringan transportasi, kita harus melihatnya dari hirararki pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang saling terkait dan mengikat antara pusat pertumbuhan ekonomi primer, pusat pertumbuhan ekonomi sekunder, pusat pertumbuhan ekonomi tersier hingga ke pemukiman-pemukiman masyarakat.
Ketika BRR mulai mengadakan rekonstruksi di Kepulauan Nias, kami melihat bahwa untuk membangun jaringan transportasi Nias maka perlu dikembangkan sistem hirarki yang saling terkait. Karena itu, untuk main land Nias, kami membaginya menjadi 4 (empat) pusat pertumbuhan yaitu Gunungsitoli, Teluk Dalam, Lahewa dan Sirombu.
Empat wilayah ini merupakan pusat pertumbuhan primer dan kemudian dihubungkan dengan pusat-pusat pertumbuhan di kecamatan-kecamatan, baik di Kabupaten Nias maupun Kabupaten Nias Selatan. Inilah yang disebut dengan sistem transportasi sekunder.
Kemudian dari kecamatan-kecamatan dihubungkan ke wilayah pedesaan. Inilah yang dinamakan sistem transportasi tersier. Kemudian dari sini dihubungkan ke pusat-pusat pemukiman, atau yang disebut dengan sistem transportasi lokal.
Karena Nias adalah daerah kepulauan maka harus juga didukung oleh sistem transportasi antar pulau yang kuat. Konteksnya adalah, bagaimana menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di Lahewa, Gunungsitoli, Sirombu dan Teluk Dalam dan Pulau Tello dengan mainland Pulau Sumatra atau pusat-pusat pertumbuhan regional lainnya.

Bagaiman dengan program yang telah kita laksanakan terkait strategi ini?

Sekarang kita sudah mulai dengan memperbaiki pintu masuk ke Nias, yaitu dengan memperioritaskan pembangunan pelabuhan dan bandara, sebagai pintu masuk ke Kepulauan Nias. Ada dua bandara yang kita perbaiki, yakni Bandara Lasondre di Pulau Tello dan Bandara Binaka di Gunungsitoli. Tahun ini menurut rencana kita juga akan mulai membangun air strip di Teluk Dalam, Nias Selatan.
Selain itu sejumlah pelabuhan diperbaiki atau dibangun, seperti perbaikan Pelabuhan Lahewa, Pelabuhan Sirombu, Teluk Dalam dan Gunungsitoli. Berikutnya adalah memperbaiki sistem transportasi darat seperti jaringan jalan raya keliling Pulau Nias.

.........................................................................................
William P. Sabandar lahir di Makassar Sulawesi Selatan, 40 tahun silam, tepatnya pada 4 November 1966, dari keluarga campuran Ambon dan Tanah Toraja. Latar belakang pendidikan dan pengalaman kerjanya selalu terkait dalam bidang transportasi.

Sarjana Teknik Sipil dengan bidang studi transportasi ia raih dari Universitas Hasanuddin (Unhas) di kota kelahirannya Makassar, tahun 1990. Setelah itu ia bekerja di Dinas Pekerjaan Umum, antara lain pernah menjabat sebagai Kepala Seksi Perencanaan di Dinas PU Propinsi Maluku dan Pemimpin Proyek Perencanaan dan Pengawasan Pembangunan Jalan di propinsi yang sama.

Pada tahun 1999, ayah 2 putra (Ari dan Jio) serta 1 putri (Noni) dari perkawinan dengan dokter Valentina Bitticaca ini berangkat ke Autralia untuk melajutkan study master dalam bidang Civil Engineering di University of New South Wales. Setahun berselang ia melanjutkan study doctoral di University of Canterbury, New Zealand. Thesis yang ia tulis untuk meraih gelar doctor adalah “Transport Development and the Rural Economy: Insights from Indonesia”
........................................................................................

Apa dampak yang paling langsung dari adanya pengembangan jaringan transportasi ini?Apakah juga secara langsung meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan?

Dampak langsung dari adanya perbaikan sistem dan kualitas transportasi adalah terhadap aksesibilitas wilayah pada pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Dengan terjadinya peningkatan kualitas sistem transportasi jalan misalnya, dapat mempercepat waktu tempuh dan sekaligus mempermudah mobilitas barang dan jasa.
Namun demikian, perbaikan sistem transportasi tidak secara otomatis membangkitkan perekonomian. Perbaikan transportasi adalah satu tahapan untuk memberikan kemudahan. Tetapi, di sisi yang lain, sangatlah penting mengusahakan agar masyarakat dapat mengambil keuntungan dari sistem transportasi yang telah diperbaiki.
Ini adalah dua hal yang berbeda. Hal pertama adalah perbaikan sistem transportasi. Ini terkait dengan memperbaikan proses aksesibilitas yang merupakan domain pengembangan systim transportasi. Sedangkan aspek lain adalah mengenai bagaiman mempersiapkan masyarakat agar bisa mendapatkan manfaat secara ekonomis dari perbaikan sistem transportasi. Ini adalah tugas dari pengembangan sektor ekonomi.
Kita menyiapkan sistem transportasi tetapi kalau pengembangan ekonomi masyarakat tidak dipersiapkan, maka yang akan terjadi adalah penetrasi dari orang-orang kota yang dapat memanfaatkan sistem transportasi ini hingga ke desa-desa.
Hal ini mudah dilihat seperti jalan sudah baik tetapi tidak berdampak pada perbaikan harga-harga produksi petani. Karena yang terjadi adalah jaringan transportasi yang sudah baik tersebut justru hanya mempermudah masuknya para urban trader ke berbagai kawasan untuk mengambil hasil-hasil produksi petani.
BRR di Kepulauan Nias melakukan rekonstruksi Nias secara terintegrasi, yaitu bukan hanya membangun kembali infratruktur transportasi tetapi juga terhadap pengembangan perekonomian kawasan, perekonomian wilayah dan perekonomian desa. Supaya dengan demikian masyarakat bisa memanfaatkan dengan baik infratsruktur transportasi yang ada.
Adalah sangat penting pembangunan transportasi diikat dengan pembagunan sektor ekonomi masyarakat serta pembangunan kapasitas manusia dan kelembagaan. Tanpa itu maka ia tidak akan memberikan dampak bagus pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Bagaimana dengan pemanfataan jalan-jalan yang sudah dibangun saat ini? Kasat mata kita melihat banyak jalan yang telah diperbaiki tetapi trafiknya sangat rendah, khusunya di luar kota Gunungsitoli.

Ada pemikiran dalam pembangunan, yaitu mengenai bagaimana kita membangun infrastrukturnya terlebih dahulu untuk memancing pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya, kita membangun ekonominya dulu lalu infrastrukturnyanya mengikuti. Yang lazim adalah kita bangun infrastruktur dan kemudian ekonomi mengikuti. Pola seperti inilah yang kita kembangkan di Nias.
Ada opportunity untuk membangun infrastruktur maka kita membangunnya dengan baik sesuai prinsip BRR “build back better”. Asumsinya adalah, karena jalan semakin bagus, maka aksesibilitas kawasan meningkat, economic opportunitynya tambah banyak, sehingga mendorong proses pertumbuhan kawasan-kawasan perekonomian yang dilalaui oleh jalan-jalan yang telah terbangun tersebut.
Kesempatan perbaikan infrastruktur transportasi telah diberikan. Tetapi tidak boleh kita berhenti di situ. Pembangunan harus terus dikembangkan dengan konteks pembangunan yang terintegrasi. Sehingga jalan-jalan di luar kota Gunungsitoli yang sekarang sepi, dalam dua tahun mendatang traffiknya akan meningkat.
Sebenarnya peningkatan traffik yang sekarang terlihat di kota Gunungsitoli pun hanya karena adanya booming ekonomi akibat berjalanya rekonstruksi. Orang semakin mudah beli kendaraan, padahal dua tahun yang lalu jumlah kendaraan sangat sedikit. Jelas bahwa yang menikmati booming ekonomi masih terbatas pada masyarakat di perkotaan, sehingga lalulalang kendararaan pun adanya di kota.

Tetapi, masyarakat Nias memiliki potensi pariwisata dan sumber daya ekonomi yang besar seperti karet dan kakao?

Iya, tetapi potensi itu tidak hidup. Nias itu kaya dengan seluruh potensi alam tetapi belum dikelola agar secara ekonomi menguntungkan untuk investasi. Ada tiga hal penting yang harus dipenuhi jika kita bicara mengenai pengembangan ekonomi. Pertama, proses produksi. Sekarang ini produksi petani Nias masih sangat rendah baik mengenai kualitas maupun level produksi itu sendiri. Jadi karena produksinya rendah maka harganya pun rendah.
Berikutnya adalah adanya pasar yang kompetitif. Di Nias tidak ada industri processing hasil-hasil produksi petani. Sejak dari raw material semuanya diangkut ke luar. Karena itu pasar tidak tercipta di Nias, sehingga sebagian besar nilai produksi petani Nias akhirnya tidak dinikmati oleh petani Nias. Hal penting lainnya yang terkait adalah bisnis transportasi. Karena tidak adanya pasar dan bisnis yang berkembang di Nias maka bisnis transportasi menjadi tidak menarik.
Kalau orang datang ke sini untuk membeli barang yang sudah diproduksi dengan baik maka pasar itu akan tercipta di sini. Dan ketika pasar tercipta di Nias, maka terjadilah perputaran uang dan bisnis yang sekaligus mendorong bisnis transportasi berkembang.
........................................................................................

Ketika baru saja tiba di tanah air pada tahun 2005, mantan aktivis mahasiswa yang sempat menjadi pengajar bidang Transport and Development di University of Canterbury, New Zealand ini mendapat kepercayaan Kepala BRR NAD-Nias Kuntoro Mangkusubroto untuk membuka kantor perwakilan BRR di Nias. Ia menerima tawaran ini dengan yakin, meskipun pada saat yang sama ia telah mendapat berbagai tawaran pekerjaan di berbagai lembaga.

Bulan Juni 2005 ia pertama kali sampai ke Nias dan segera membuka kantor dan melegkapi staf pendukung. Di tengah kesulitan logistik dan daya dukung staf yang minim, ia dituntut segera mengkoordinir proses rekonstruksi dan sekaligus bertanggungjawab melaksanakan dana on budget (APBN) sebesar Rp. 450 milyar untuk Tahun Anggaran 2005.

Menurut William, meskipun BRR mendapat mandat melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana, tetapi mengingat kompleksitas masalah kemiskinan dan keterbelakangan, maka kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi perlu mempertimbangkan aspek-aspek pembangunan. Dengan kata lain, rehab-rekon Nias tidak mungkin hanya dengan mengganti yang sudah rusak tetapi harus membangunnya menjadi lebih baik.

Itulah sebabnya, dalam berbagai kesempatan ia selalu menyampaikan bahwa meskipun menurut perhitungan total kerusakan karena bencana hanya diperkirakan sebesar Rp. 4 trilyun, namun Nias membutuhkan sekitar Rp. 10 Trilyun untuk membangunnya menjadi lebih baik. Berkat berbagai kampanye yang dirancangnya, maka dana rehab-rekon yang mengalir ke Nias pun melonjak hampir dua kali lipat per-tahunnya. Pada tahun 2006 dana APBN untuk rekonstruksi Nias meningkat menjadi Rp. 1,2 trilyun. Begitu juga dengan tahun 2007 sekitar Rp. 1.3 trilyun.

Menurut William, dengan dukungan donor internasional, harapan untuk mencapai kebutuhan 10 trilyun pembangunan Kepulauan Nias yang lebih baik akan dapat terpenuhi. Karena lobby dan prestasi kerja BRR yang baik selama ini, berbagai lembaga donor dan negara-negara sahabat telah merealisasikan bantuan dan bahkan menambah komitmen bantuan mereka.
........................................................................................

Apa yang BRR sumbangkan untuk membantu terjadinya proses keterkaitan antara pengembangan sistem transportasi dan pengembangan ekonomi?

Jadi yang secara sistematis BRR lakukan bersama-sama dengan pemerintah adalah: Pertama, kita menyiapkan hirarki sistim transportasi atau sistim transportasi yang memiliki hirarki. Kedua, memperbaiki jaringan-jaringan transportasi yang sentral atau strategis. Seperti pelabuhan sudah kita perbaiki yang kemudian memancing hadirnya sektor swasta pada bisnis trasnportasi. Kita juga memperbaiki beberapa jaringan jalan kabupaten.
Pemerintah daerah, apakah itu pada tingkat Sumatera atau Kabupaten Nias dan Nias Selatan ini diharapkan untuk melengkapi atau mendorong proses ini dengan memberikan anggaran untuk pengembangan transportasi yang memadai.

BRR kan masih berada di Nias hingga tahun 2009. Bagaimana harapan untuk pengembangan selanjutnya, khususnya dalam bidang transportasi?

Pertama, pemerintah mengalokasikan anggaran yang cukup untuk rekonstruksi sektor transportasi pada tahun depan. Jadi, katakanlah 50 persen dari anggaran, untuk pengembangan transportasi. Atau diusahakan agar anggaran dialokasikan secara maksimum untuk pengembangan transportasi, yang dapat digunakan untuk pemeliharaan dan pengembangan jaringan jalan yang menuju ke sistem tersier.
Kedua, adalah fokus pada usaha pengembangan ekonomi masyarakat. Ini yang harus diperbanyak. Ketiga, ada kemudahan untuk berinvestasi. Jadi jangan ditekankan pada peningkatan pendapatan asli daerah yang menghambat investasi. Tetapi sebaliknya, bagaimana memberikan kemudahan untuk mendorong investasi, yang kemudian dapat memberikan pemasukan kepada pemerintah dan masyarakat.
......................................................................................