Friday, September 28, 2007
Monday, September 03, 2007
Kegiatan Penyerahan Gedung RSU Gunungsitoli Ditunda
Keterangan mengenai penundaan pelaksanaan kegiatan penyerahan gedung RSU Gunungsitoli ini disampaikan melalui surat Kepala BRR Perwakilan Nias kepada Pemkab Nias dan berbagai organisasi yang terkait, Sabtu (31/8).
“Sehubungan dengan ketidakhadiran Menteri Kesehatan RI, Ibu Dr. Siti Fadilah Supari Sp.JP (K) dan para duta besar dari ke-3 negara donor, maka peresmian Rumah Sakit Umum Gunungsitoli yang sedianya diadakan pada tanggal 5 September 2007 ditunda sampai dengan pemberitahuan lebih lanjut”, demikian Kepala BRR Perwakilan Nias William P. Sabandar sebagaimana surat yang disampaikan kepada Pemkab Nias.
Melalui surat tersebut, William juga menyampaikan permohonan maaf, dan mengharapkan agar undangan dapat hadir pada jadwal yang baru, yang akan disampaikan dalam waktu dekat.
Wednesday, August 29, 2007
BRR Adakakan Workshop Pengembangan Puskesmas Plus
Kegiatan yang secara resmi dibuka oleh Wakil Bupati Nias Temazaro Harefa ini adalah bagian dari program Rehabilitasi dan Rekonstruksi sector kesehatan di Nias dan Nias Selatan, terutama terkait dengan pilar pengembangan manajemen pelayanan kesehatan.
Temazaro Harefa dalam sambutannya menyatakan berterima kasih atas upaya pengembangan kesehatan di Nias. Ia menyatakan masyarakat Nias sangat beruntung, selain para dokter Nias yang telah dikirim menempu studi specialis, baru-baru ini BRR juga telah mengirim 14 orang tamatan SMA untuk studi lanjut dalam bidang kesehatan di Univertas Gajah Mada Jogjakarta.
“Banyaknya anak-anak Nias yang menmpuh pendidikan di Universitas Gajah Mada ini adalah sesuatu yang sebelumnya tidak kami bayangkan. Kami menyampaikan terima kasih atas kerja keras pihak BRR”, demikian ungkap Temazaro Harefa sambil memuji penasehat teknis BRR Perwakilan Nias dr. Astrid Kartika yang telah berjuang keras memfasilitasi pengembangan kesehatan di Kepulauan Nias.
Sementara itu, Seretaris Daerah Nias Selatan J.W Dachi mewakili Bupati Nias Selatan dalam sambuatan pembukaan menyatakan harapannya agar program revitalisasi sektor kesehatan benar-benar terealisasi. Dia juga mengharapkan agar dokter-dokter yang terlibat dalam program ini dapat terjun hingga ke desa-desa.
Kegiatan Workshop ini meghadirkan pembicara dari Earthquake and Tsunami Emergency Support Project (ETESP) dan Support Community Health Services (SCHS) dari Jakarta. ETESP adalah program bantuan Aceh dan Nias yang didukung oleh Asian Development Bank (ADB). Sedangkan SCHS adalah tim untuk mendukung pelayanan kesehatan komunitas yang didukung oleh Uni Eropa.
“Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat program kesehatan Nias dan Nias Selatan dan agar pengembangan sector kesehatan tetap sasaran dan bermanfaat seluas-luasnya bagi masyarakat di Kepualaun Nias”, demikian ungkap Manager Perencanaan, Anggaran dan Hubungan Donor Heracles Lang, yang menyampaikan sambutan mewakili Kepala BRR Perwakilan Nias.
Sementara itu, Penasehat Teknis bidang Kesehatan BRR Perwakilan Nias dr. Astrid Kartika menjelaskan bahwa strategi pengembangan kesehatan di Nias dilaksanakan dengan metode berjenjang. Jenjang pertama adalah mengembangkan rumah sakit rujukan, dimana RSU Gunungsitoli dipersiapkan untuk itu.
Sedangkan Puskesmas Rawat Inap Plus sebagai lapis kedua rujukan, yang menerima rujukan dari Puskesmas di sekitarnya. Astrid menambahkan terdapat 11 Puskesmas yang yang dikembangkan untuk itu, yaitu 6 di Nias yakni Lahewa, Alasa, Awa’ai, Mandrehe, Gunungsitoli dan Hiliweto Gido. Sedangkan di Nias Selatan ada 5 Puskesmas yaitu Lahusa, Teluk Dalam, Lolowa’u, Tello dan Gomo.
Monday, August 27, 2007
Tiga Koperasi/LKM Nias Mendapat Bantuan Modal dari BRR
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Distrik Nias, hingga saat ini telah mengucurkan bantuan permodalan langsung sebesar Rp. 6,1 milyar kepada 11 Lembaga Keuangan Mikro (LKM)/Koperasi yang ada di kabupaten Nias. Pada tahun 2005 dan 2006 Bantuan Langsung Tunai (BLT) diberikan kepada 8 LKM/Koperasi, sedangkan tahun 2007 kepada 3 LKM/Koperasi.
Pada hari Senin (27/8) di Gunungsitoli Nias, BRR mengucurkan modal bergulir melalui tiga koperasi yang dianggap paling memenuhi syarat. LKM/Koperasi yang mendapatkan bantuan pada tahun 2007 ini adalah Koperasi Serba Usaha (KSU) Faohetanga dari Desa Siforoasi Kecamatan Afulu, KSU Bina Bersama dari Desa Mazingo Kecamatan Alasa Talumuzoi dan Koperasi Wanita Melati dari Kelurahan Pasar Kota Gunungsitoli.
“Bantuan ini diberikan untuk menggerakan roda perekonomian masyarakat Nias, melalui pemberian modal kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) “, demikian ungkap Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BRR Distrik Nias Imanuel Zega, di sela-sela acara Penandatanganan Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan (SPPB) kepada tiga koperasi dimaksud, di Gedung Serbaguna Hosiana Gunungsitoli, Senin (27/8)
Sementara itu Manager Ekonomi BRR Distrik Nias Otniel Waruwu menjelaskan bahwa ketiga koperasi tersebut masing-masing mendapat bantuan sebesar Rp 250 Juta. “Secara keseluruhan, sejak tahun 2005 hingga 2007, BRR telah mengucurkan dana kepada LKM/Koperasi sebanyak Rp.6,1 milyar. Dana ini disalurkan melalui 11 LKM/koperasi di wilayah Kab.Nias”, demikiam ungkap Waruwu.
Menurut Waruwu, ke-11 LKM/Koperasi tersebut lolos seleksi karena memenuhi syarat sebagai penerima bantuan. Kriteria penilaian bagi LKM/Koperasi untuk mendapatkan bantuan adalah memiliki administrasi yang dikelola dengan baik. Memiliki laporan atau keterangan rapat tahunan anggota koperasi selama dua tahun terakhir dan belum pernah menerima bantuan sebelumnya.
Untuk melangsungkan kegiatan usaha koperasi tersebut lanjut Waruwu, pihaknya telah melaksanakan berbagai kegiatan pembinaan melalui pelatihan pelatihan. Disinggung soal pengembalian, Waruwu mengatakan, untuk tahun pertama bebas cicilan. Setelah itu selama tujuh tahun ke depan akan menyicil sebesar 1-1,5 persen.
Sementara itu, Konsultan PPK Koperasi/UKM Perdagangan Nias Agus Sarumaha menambahkan, dana yang telah terkumpul seluruhnya nantinya direncanakan dikelola melalui sebuah lembaga dengan nama Nias Mikro Finance (NMF) yang berbasis koperasi sekunder atau dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT).
Informasi lebih lanjut hubungi:
Eddy Lase (Staff Komunikasi Distrik Nias)
Hp. 085296712820 atau Telp (0639) 22174
Tuesday, August 21, 2007
Gedung RSU Gunungsitoli Fase I dan II Senilai Rp. 23,5 Milyar Akan Diserahkan Kepada Pemkab Nias
Rumah Sakit Gunungsitoli Nias yang hancur dan porak poranda akibat bencana gempa bumi 28 Maret 2005 telah dibangun kembali oleh berbagai negara/lembaga donor dan akan diserahkan pengelolaannya kepada Pemerintah Kabupaten Nias. Bangunan rumah sakit yang akan diserahkan adalah bangunan gedung beserta fasilitasnya yang telah selesai dikerjakan pada fase I dan II.
Demikian keterangan Kepala BRR Perwakilan Nias William P. Sabandar, PhD didampingi oleh Manager Komunikasi Emanuel Migo, kepada pers di Gunundsitoli-Nias, Selasa (21/8).
Menteri Kesehatan RI dan 3 Duta Besar direncanakan hadir dalam acara penyerahan gedung tersebut serta peletakan batu pertama pembangunan fase 3. Ketiga duta besar yang diundang adalah Duta Besar Malaysia, Duta Besar China dan Duta Besar Jepang.
Kegiatan penyerahan RSU Gunungsitoli ini menurut rencana akan dilaksanakan pada 5 September 2007 mendatang. Pada saat bersamaan juga dilaksanakan kegiatan peletakan batu pertama pembangunan fase III.
William menjelaskan, berdasarkan master plan revitalisasi RSU Gunungsitoli yang dibuat secara sukarela oleh MERCY Malaysia, pembangunan akan dilaksanakan secara bertahap hingga fase 4. Total dana yang digunakan mencapai Rp. 85,5milyar. MERCY Malaysia juga merupakan koordinator pembangunan gedung RSU Gunungsitoli sejak proses penyusunan master plan sampai dengan pembangunan Fase 3.
Pembangunan fase 1 gedung RSU Gunungsitoli menghabiskan dana sekitar Rp 10 M dan merupakan donasi dari MERCY Malaysia. Sedangkan pembangunan gedung fase 2 sebesar Rp 13.5 M merupakan donasi dari pemerintah China melalui BRR RANTF(Recovery of Aceh and Nias Trust Fund) .
Pembangunan gedung fase 3 sebesar Rp 37 M yang akan dimulai, merupakan donasi dari Pemerintah Jepang melalui JICS. Sementara fase 4 yang diperkirakan menelan biaya sebesar Rp 25 M masih belum mendapatkan komitmen dari pihak manapun. BRR sedang mengusahakan agar Pemerintah Jerman dapat terlibat pada fase akhir ini.
Revitalisasi Kesehatan Nias
Menurut William P. Sabandar yang adalah doktor dalam bidang transportasi dari University of Canterbury, New Zealand, selain kerusakan fisik akibat gempa,, RSU Gunungsitoli juga memiliki banyak kekurangan, terkait dengan lemahnya kapasitas SDM serta manajemen dan pelayanan.
“BRR melihat pentingnya melakukan revitalisasi RSU Gunungsitoli dari keseluruhan aspek, melalui 4 pilar yaitu, revitalisasi fasilitas rumah sakit (gedung dan peralatan). Revitalisasi SDM serta pengembangan manajemen RS dan, pengembangan sistem pelayanan RS”, demikian William.
Ia lebih lanjut menyatakan bahwa program ini merupakan usaha yang sama sekali tidak mudah dan memerlukan pembiayaan yang tidak sedikit. Untuk itu BRR NAD Nias sedari awal bekerja sama dengan pihak – pihak yang memiliki kepedulian dan perhatian kepada perbaikan pelayanan kesehatan di kepulauan Nias.
Terkait dengan pengembangan kapasitas SDM kesehatan, William menjelaskan bahwa pada tahun 2006 BRR Perwakilan Nias telah mengirim 13 dokter untuk menempu pendidikan specialis di Universitas Gajah Mada. Selain itu 16 orang untuk pendidikan dokter dan studi S2 untuk 9 orang.
Pada tahun 2007, untuk Kabupaten Nias ini akan dikirim lagi 1 orang dokter untuk pendidikan spesialis. Pendidikan dokter umum 5 orang. Pendidikan S2 4 orang. Pendidikan S1 Keperawaran 14 orang dan diploma 3 sebanyak 4 orang.
Sedangkan untuk Kabupaten Nias Selatan pendidikan untuk 3 orang dokter spesialis dan 5 orang dokter umum. Pendidikan S2 untuk 2 orang dan diploma 3 sebanyak 16 orang.
Terima Kasih
Berbagai organisasi telah banyak membantu merevitalisasi kesehatan di Nias. Selain BRR, berbagai organisasi juga membantu pembangunan kembali berbagai gedung fasilitas kesehatan, seperti Puskesmas dan Pustu yang rusak akibat bencana gempa bumi 28 Maret 2005 telah banyak yang diperbaiki. Hal ini dimungkinkan karena kerjasama dan bantuan dari berbagai negara/lembaga donor.
“Karena itu, kegiatan penyerahan rumah sakit Gunungsitoli yang menurut rencana diadakan pada tanggal 5 September 2007 juga dimaksudkan untuk memberikan apresiasi kepada para pendonor yang telah mengulurkan tangan untuk revitalisasi kesehatan di Kepulauan Nias”, demikian ujar William.
Friday, July 27, 2007
Strategi Rekonstruksi Transportasi Kepulauan Nias

Wawancara Kepala BRR Perwakilan Nias:
William P. Sabandar, PhD
Rekonstruksi pasca bencana telah banyak mengubah wajah Kepulauan Nias. Kawasan kepulauan yang secara geografis terpencil dari berbagai pusat kemajuan di Sumatera Utara ini dikenal sebagai daerah yang miskin dengan infrastuktur transportasi yang sangat buruk.
Bencana Tsunami 24 Desember 2004 dan Gempa Bumi 28 Maret 2005 menyebabkan kerusakan yang masif di seluruh daerah Nias. Tetapi karena bencana ini pula, bantuan datang dari berbagai pernjuru dunia, baik untuk memberikan bantuan kemanusiaan maupun untuk membangun kembali Nias yang lebih baik.
Pemerintah Indonesia pun mendirikan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang secara khusus mendapat mandat untuk mengkoordinir seluruh upaya pembangunan kembali NAD dan termasuk Nias. Bagi kepulauan Nias, kesempatan ini terbukti telah meningkatkan kapasitas berbagai sektor mulai dari infrastruktur transportasi, pendidikan, kesehatan, ekonomi masyarakat, sumber daya air dan ketenagalistrikan hingga pemerintahan.
Khusus untuk sektor infrastruktur transportasi, kemajuan yang dicapai bakal melebihi kabupaten manapun di Sumatera Utara. Jalan-jalan propinsi sekarang telah diperbaiki dengan pelapisan hotmix kualitas tinggi. Waktu tempuh perjalanan darat di kepulauan Nias kini menyusut tajam.
Berbagai infrastruktur lainnya, seperti pelabuhan dan bandara ikut dibangun secara besar-besaran. Traffik pesawat keluar masuk Nias kini meningkat tajam. Demikian juga dengan sektor pelayaran dari Nias ke Sibolga.
Tokoh dibalik upaya besar merubah wajah Kepulauan Nias adalah Kepala BRR Perwakilan Nias William P. Sabandar, PhD. Begitu mendapat tugas memimpin proses rekonstruksi kepulauan Nias, doktor dalam bidang transportasi ini langsung menghadapi tantangan mengatasi kesulitan pokok di Nias yaitu infrastruktur transportasi.
Masalah miskinnya transportasi ini bukan hanya telah menyebabkan Nias menjadi kawasan terisolir, namun juga menghambat laju proses rehabilitasi dan rekonstruksi. Sebagaian besar wilayah di Kepulauan Nias tidak dapat dilalui kendaraan. Sementara itu kapasitas pelabuhan tidak dapat melayani bongkar muat material kebutuhan rekonstruksi.
Namun demikian, hanya dalam waktu kurang dari dua tahun semenjak BRR mulai melaksanakan tugas di Nias pada Agustus 2006, berbagai infrastruktur strategis mulai dapat diatasi. Pelabuhan Lahewa yang rusak karena bencana telah diperbaiki. Pelabuhan Sirombu, Teluk dan Gunungsitoli pun ikut dibenani.
Bagaimana strategi pengembangan infrastruktur transportasi dan dampaknya terhadap pengembangan ekonomi masyarakat Nias pada masa-masa mendatang? Berikut wawancara kami dengan William P. Sabandar, PhD, hari Rabu 18 Juli 2007 di Kantor BRR Perwakilan Nias, Fodo-Gunungsitoli, Nias.
Bagaimana strategi Anda dalam membangun systen infrastruktur transportasi di Kepualauan Nias?
Awalnya jaringan transportasi yang telah ada di Kepulauan Nias tidak memiliki sistem dan hirarki yang jelas. Kondisi jaringan transportasi cenderung dikembangkan tanpa melihat hirarki pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Padahal, untuk membangun sistem jaringan transportasi, kita harus melihatnya dari hirararki pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang saling terkait dan mengikat antara pusat pertumbuhan ekonomi primer, pusat pertumbuhan ekonomi sekunder, pusat pertumbuhan ekonomi tersier hingga ke pemukiman-pemukiman masyarakat.
Ketika BRR mulai mengadakan rekonstruksi di Kepulauan Nias, kami melihat bahwa untuk membangun jaringan transportasi Nias maka perlu dikembangkan sistem hirarki yang saling terkait. Karena itu, untuk main land Nias, kami membaginya menjadi 4 (empat) pusat pertumbuhan yaitu Gunungsitoli, Teluk Dalam, Lahewa dan Sirombu.
Empat wilayah ini merupakan pusat pertumbuhan primer dan kemudian dihubungkan dengan pusat-pusat pertumbuhan di kecamatan-kecamatan, baik di Kabupaten Nias maupun Kabupaten Nias Selatan. Inilah yang disebut dengan sistem transportasi sekunder.
Kemudian dari kecamatan-kecamatan dihubungkan ke wilayah pedesaan. Inilah yang dinamakan sistem transportasi tersier. Kemudian dari sini dihubungkan ke pusat-pusat pemukiman, atau yang disebut dengan sistem transportasi lokal.
Karena Nias adalah daerah kepulauan maka harus juga didukung oleh sistem transportasi antar pulau yang kuat. Konteksnya adalah, bagaimana menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di Lahewa, Gunungsitoli, Sirombu dan Teluk Dalam dan Pulau Tello dengan mainland Pulau Sumatra atau pusat-pusat pertumbuhan regional lainnya.
Bagaiman dengan program yang telah kita laksanakan terkait strategi ini?
Sekarang kita sudah mulai dengan memperbaiki pintu masuk ke Nias, yaitu dengan memperioritaskan pembangunan pelabuhan dan bandara, sebagai pintu masuk ke Kepulauan Nias. Ada dua bandara yang kita perbaiki, yakni Bandara Lasondre di Pulau Tello dan Bandara Binaka di Gunungsitoli. Tahun ini menurut rencana kita juga akan mulai membangun air strip di Teluk Dalam, Nias Selatan.
Selain itu sejumlah pelabuhan diperbaiki atau dibangun, seperti perbaikan Pelabuhan Lahewa, Pelabuhan Sirombu, Teluk Dalam dan Gunungsitoli. Berikutnya adalah memperbaiki sistem transportasi darat seperti jaringan jalan raya keliling Pulau Nias.
.........................................................................................
William P. Sabandar lahir di Makassar Sulawesi Selatan, 40 tahun silam, tepatnya pada 4 November 1966, dari keluarga campuran Ambon dan Tanah Toraja. Latar belakang pendidikan dan pengalaman kerjanya selalu terkait dalam bidang transportasi.
Sarjana Teknik Sipil dengan bidang studi transportasi ia raih dari Universitas Hasanuddin (Unhas) di kota kelahirannya Makassar, tahun 1990. Setelah itu ia bekerja di Dinas Pekerjaan Umum, antara lain pernah menjabat sebagai Kepala Seksi Perencanaan di Dinas PU Propinsi Maluku dan Pemimpin Proyek Perencanaan dan Pengawasan Pembangunan Jalan di propinsi yang sama.
Pada tahun 1999, ayah 2 putra (Ari dan Jio) serta 1 putri (Noni) dari perkawinan dengan dokter Valentina Bitticaca ini berangkat ke Autralia untuk melajutkan study master dalam bidang Civil Engineering di University of New South Wales. Setahun berselang ia melanjutkan study doctoral di University of Canterbury, New Zealand. Thesis yang ia tulis untuk meraih gelar doctor adalah “Transport Development and the Rural Economy: Insights from Indonesia”
........................................................................................
Apa dampak yang paling langsung dari adanya pengembangan jaringan transportasi ini?Apakah juga secara langsung meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan?
Dampak langsung dari adanya perbaikan sistem dan kualitas transportasi adalah terhadap aksesibilitas wilayah pada pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Dengan terjadinya peningkatan kualitas sistem transportasi jalan misalnya, dapat mempercepat waktu tempuh dan sekaligus mempermudah mobilitas barang dan jasa.
Namun demikian, perbaikan sistem transportasi tidak secara otomatis membangkitkan perekonomian. Perbaikan transportasi adalah satu tahapan untuk memberikan kemudahan. Tetapi, di sisi yang lain, sangatlah penting mengusahakan agar masyarakat dapat mengambil keuntungan dari sistem transportasi yang telah diperbaiki.
Ini adalah dua hal yang berbeda. Hal pertama adalah perbaikan sistem transportasi. Ini terkait dengan memperbaikan proses aksesibilitas yang merupakan domain pengembangan systim transportasi. Sedangkan aspek lain adalah mengenai bagaiman mempersiapkan masyarakat agar bisa mendapatkan manfaat secara ekonomis dari perbaikan sistem transportasi. Ini adalah tugas dari pengembangan sektor ekonomi.
Kita menyiapkan sistem transportasi tetapi kalau pengembangan ekonomi masyarakat tidak dipersiapkan, maka yang akan terjadi adalah penetrasi dari orang-orang kota yang dapat memanfaatkan sistem transportasi ini hingga ke desa-desa.
Hal ini mudah dilihat seperti jalan sudah baik tetapi tidak berdampak pada perbaikan harga-harga produksi petani. Karena yang terjadi adalah jaringan transportasi yang sudah baik tersebut justru hanya mempermudah masuknya para urban trader ke berbagai kawasan untuk mengambil hasil-hasil produksi petani.
BRR di Kepulauan Nias melakukan rekonstruksi Nias secara terintegrasi, yaitu bukan hanya membangun kembali infratruktur transportasi tetapi juga terhadap pengembangan perekonomian kawasan, perekonomian wilayah dan perekonomian desa. Supaya dengan demikian masyarakat bisa memanfaatkan dengan baik infratsruktur transportasi yang ada.
Adalah sangat penting pembangunan transportasi diikat dengan pembagunan sektor ekonomi masyarakat serta pembangunan kapasitas manusia dan kelembagaan. Tanpa itu maka ia tidak akan memberikan dampak bagus pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Bagaimana dengan pemanfataan jalan-jalan yang sudah dibangun saat ini? Kasat mata kita melihat banyak jalan yang telah diperbaiki tetapi trafiknya sangat rendah, khusunya di luar kota Gunungsitoli.
Ada pemikiran dalam pembangunan, yaitu mengenai bagaimana kita membangun infrastrukturnya terlebih dahulu untuk memancing pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya, kita membangun ekonominya dulu lalu infrastrukturnyanya mengikuti. Yang lazim adalah kita bangun infrastruktur dan kemudian ekonomi mengikuti. Pola seperti inilah yang kita kembangkan di Nias.
Ada opportunity untuk membangun infrastruktur maka kita membangunnya dengan baik sesuai prinsip BRR “build back better”. Asumsinya adalah, karena jalan semakin bagus, maka aksesibilitas kawasan meningkat, economic opportunitynya tambah banyak, sehingga mendorong proses pertumbuhan kawasan-kawasan perekonomian yang dilalaui oleh jalan-jalan yang telah terbangun tersebut.
Kesempatan perbaikan infrastruktur transportasi telah diberikan. Tetapi tidak boleh kita berhenti di situ. Pembangunan harus terus dikembangkan dengan konteks pembangunan yang terintegrasi. Sehingga jalan-jalan di luar kota Gunungsitoli yang sekarang sepi, dalam dua tahun mendatang traffiknya akan meningkat.
Sebenarnya peningkatan traffik yang sekarang terlihat di kota Gunungsitoli pun hanya karena adanya booming ekonomi akibat berjalanya rekonstruksi. Orang semakin mudah beli kendaraan, padahal dua tahun yang lalu jumlah kendaraan sangat sedikit. Jelas bahwa yang menikmati booming ekonomi masih terbatas pada masyarakat di perkotaan, sehingga lalulalang kendararaan pun adanya di kota.
Tetapi, masyarakat Nias memiliki potensi pariwisata dan sumber daya ekonomi yang besar seperti karet dan kakao?
Iya, tetapi potensi itu tidak hidup. Nias itu kaya dengan seluruh potensi alam tetapi belum dikelola agar secara ekonomi menguntungkan untuk investasi. Ada tiga hal penting yang harus dipenuhi jika kita bicara mengenai pengembangan ekonomi. Pertama, proses produksi. Sekarang ini produksi petani Nias masih sangat rendah baik mengenai kualitas maupun level produksi itu sendiri. Jadi karena produksinya rendah maka harganya pun rendah.
Berikutnya adalah adanya pasar yang kompetitif. Di Nias tidak ada industri processing hasil-hasil produksi petani. Sejak dari raw material semuanya diangkut ke luar. Karena itu pasar tidak tercipta di Nias, sehingga sebagian besar nilai produksi petani Nias akhirnya tidak dinikmati oleh petani Nias. Hal penting lainnya yang terkait adalah bisnis transportasi. Karena tidak adanya pasar dan bisnis yang berkembang di Nias maka bisnis transportasi menjadi tidak menarik.
Kalau orang datang ke sini untuk membeli barang yang sudah diproduksi dengan baik maka pasar itu akan tercipta di sini. Dan ketika pasar tercipta di Nias, maka terjadilah perputaran uang dan bisnis yang sekaligus mendorong bisnis transportasi berkembang.
........................................................................................
Ketika baru saja tiba di tanah air pada tahun 2005, mantan aktivis mahasiswa yang sempat menjadi pengajar bidang Transport and Development di University of Canterbury, New Zealand ini mendapat kepercayaan Kepala BRR NAD-Nias Kuntoro Mangkusubroto untuk membuka kantor perwakilan BRR di Nias. Ia menerima tawaran ini dengan yakin, meskipun pada saat yang sama ia telah mendapat berbagai tawaran pekerjaan di berbagai lembaga.
Bulan Juni 2005 ia pertama kali sampai ke Nias dan segera membuka kantor dan melegkapi staf pendukung. Di tengah kesulitan logistik dan daya dukung staf yang minim, ia dituntut segera mengkoordinir proses rekonstruksi dan sekaligus bertanggungjawab melaksanakan dana on budget (APBN) sebesar Rp. 450 milyar untuk Tahun Anggaran 2005.
Menurut William, meskipun BRR mendapat mandat melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana, tetapi mengingat kompleksitas masalah kemiskinan dan keterbelakangan, maka kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi perlu mempertimbangkan aspek-aspek pembangunan. Dengan kata lain, rehab-rekon Nias tidak mungkin hanya dengan mengganti yang sudah rusak tetapi harus membangunnya menjadi lebih baik.
Itulah sebabnya, dalam berbagai kesempatan ia selalu menyampaikan bahwa meskipun menurut perhitungan total kerusakan karena bencana hanya diperkirakan sebesar Rp. 4 trilyun, namun Nias membutuhkan sekitar Rp. 10 Trilyun untuk membangunnya menjadi lebih baik. Berkat berbagai kampanye yang dirancangnya, maka dana rehab-rekon yang mengalir ke Nias pun melonjak hampir dua kali lipat per-tahunnya. Pada tahun 2006 dana APBN untuk rekonstruksi Nias meningkat menjadi Rp. 1,2 trilyun. Begitu juga dengan tahun 2007 sekitar Rp. 1.3 trilyun.
Menurut William, dengan dukungan donor internasional, harapan untuk mencapai kebutuhan 10 trilyun pembangunan Kepulauan Nias yang lebih baik akan dapat terpenuhi. Karena lobby dan prestasi kerja BRR yang baik selama ini, berbagai lembaga donor dan negara-negara sahabat telah merealisasikan bantuan dan bahkan menambah komitmen bantuan mereka.
........................................................................................
Apa yang BRR sumbangkan untuk membantu terjadinya proses keterkaitan antara pengembangan sistem transportasi dan pengembangan ekonomi?
Jadi yang secara sistematis BRR lakukan bersama-sama dengan pemerintah adalah: Pertama, kita menyiapkan hirarki sistim transportasi atau sistim transportasi yang memiliki hirarki. Kedua, memperbaiki jaringan-jaringan transportasi yang sentral atau strategis. Seperti pelabuhan sudah kita perbaiki yang kemudian memancing hadirnya sektor swasta pada bisnis trasnportasi. Kita juga memperbaiki beberapa jaringan jalan kabupaten.
Pemerintah daerah, apakah itu pada tingkat Sumatera atau Kabupaten Nias dan Nias Selatan ini diharapkan untuk melengkapi atau mendorong proses ini dengan memberikan anggaran untuk pengembangan transportasi yang memadai.
BRR kan masih berada di Nias hingga tahun 2009. Bagaimana harapan untuk pengembangan selanjutnya, khususnya dalam bidang transportasi?
Pertama, pemerintah mengalokasikan anggaran yang cukup untuk rekonstruksi sektor transportasi pada tahun depan. Jadi, katakanlah 50 persen dari anggaran, untuk pengembangan transportasi. Atau diusahakan agar anggaran dialokasikan secara maksimum untuk pengembangan transportasi, yang dapat digunakan untuk pemeliharaan dan pengembangan jaringan jalan yang menuju ke sistem tersier.
Kedua, adalah fokus pada usaha pengembangan ekonomi masyarakat. Ini yang harus diperbanyak. Ketiga, ada kemudahan untuk berinvestasi. Jadi jangan ditekankan pada peningkatan pendapatan asli daerah yang menghambat investasi. Tetapi sebaliknya, bagaimana memberikan kemudahan untuk mendorong investasi, yang kemudian dapat memberikan pemasukan kepada pemerintah dan masyarakat.
......................................................................................
Monday, June 11, 2007
Friday, June 08, 2007
Anggota DPR RI Syarfie Hutauruk: Nias Mengalami Kemajuan yang Luar Biasa
“Nias luar biasa maju. Hal yang sangat penting saat ini adalah bagiamana agar pemerintah daerah dan masyarakat bahu membahu mengusahakan agar aset-aset rekonstruksi ini dikelola dan dipelihara dengan baik”, ungkap Syarfie saat mengunjungi lokasi pembangunan pasar modern di kota Gunungsitoli, Kamis (07/6).
Selain itu, Syarfie juga mengunjungi bangunan pengamanan pantai di sepanjang kasawan pusat perkotaan. Menurut Syarfie, kawasan pantai di Gunungsitoli dapat menjadi kawasan wisata yang menarik. Bangunan pengamanan pantai yang dikerjakan BRR saat ini sangat baik dan jika didukung dengan tata kota serta kebersihan yang memadai maka kawasan sepanjang pusat kota ini dapat mejadi tempat wisata yang menarik.
Perkuat Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia penting untuk diperhatikan. Untuk itu Pemerintah Daerah perlu memprogramkan pegembangan sumber daya manusia agar dapat mengelola dengan baik aset-aset yang kini telah dan sedang dibangun.
“Rumah Sakit Gunungsitoli saat ini sedang dibangun menjadi rumah sakit yang modern. Masyarakat Nias tidak perlu lagi ke Medan untuk berobat. Tetapi semuanya akan berfungsi maksimal jika didukung dengan sumber daya manusia yang memadai”, demikian ungkap Syarfie ketika melakukan kunjungan ke lokasi rekonstruksi rumah sakit Gunungsitoli.
Menurut Syarfie, jika sumber daya manusia ini tidak diperhatikan, maka bukan tidak mungkin pasar modern, rumah sakit Gunungsitoli dan infrastruktur yang dibangun dengan biaya yang mahal lainnya akan siah-siah.
Syarfie Hutauruk adalah salah satu dari 9 orang Tim Pengawas Penanggulangan Bencana Alam NAD dan Provinsi Sumatera Utara dari DPR RI yang melakukan kunjungan lapangan proyek rehabilitasi dan rekonstruksi di Kepulauan Nias. Tim Pengawas berada di Nias sejak hari Kamis dan akan melakukan kunjungan lapangan baik di Nias dan Nias Selatan, hingga hari Sabtu 9 Juni 2007.
Wednesday, May 16, 2007
Bappenas Mulai Menyusun Blueprint Rehab-Rekon Nias
Gunungsitoli, Rabu 16 Mei 2007
Nias adalah daerah yang miskin dan terlupakan semenjak sebelum bencana tsunami dan gempa bumi. Karena itu upaya pembangunan kembali Nias pasca bencana tidak cukup hanya dengan mengembalikan keadaan seperti sebelum bencana, tetapi harus membangun kembali ke keadaan yang lebih lebih baik . Untuk itu program rehabilitasi dan rekonstruksi tidak cukup hanya sampai tahun 2009 tetapi perlu diperpanjang hingga tahun 2012.
”Kami mengharapkan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah Kepulauan Nias yang kini sedang disusun Bappenas agar diperpanjang hingga tahun 2012, sehingga dapat sekaligus merangkum rencana pembangunan jangka menengah daerah Nias”, demikian ujar Bupati Nias Binahati B. Baeha, SH saat pelaksanaan Konsultasi Publik Rancangan Awal Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wiayah Kepulauan Nias di Kantor Bupati Nias, Gunungsitoli-Nias, Selasa (15/5).
Bupati Binahati juga mengusulkan, 5 prioritas rehabilitasi dan rekonstruksi Nias, yaitu infrastruktur dan perumahan, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial-kebudayaan/institusional building.
Kegiatan Konsultasi Publik dari Bappenas ini dihadiri oleh pmerintah daerah bersama tokoh-tokoh masyarakat Nias dan BRR Perwakilan Nias. Saran dan kritik masyarakat ini dimaksudkan untuk melengkapi RancanganAwal Rencana Aksi yang telah disusun oleh Bappenas bekerjasama dengan BRR NAD-Nias, Bappeda Provinsi Sumatera Utara, Bappeda Kab. Nias, Bappeda Kab. Nias Selatan, serta stakeholder di Kepulauan Nias.
Rancangan Awal Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kepulauan Nias ini merupakan bagian dari proses penyusunan Blue Print pembangunan kembali Nias pasca bencana. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan realisasi dari komitmen Kepala Bappenas Paskah Suzetta di Jakarta saat pelaksanaan Nias Island Stakeholder Meeting (NISM) ke-3 bulan Maret silam.
Mengacu Kepada RPJM Daerah
Kepala Sub Bidang Daerah Khusus Kewilayaan II Bappenas Hayu Parasati, selaku Ketua Perencanaan, Penanggulangan dan Penanganan Bencana (P3B) mempresentaskan rancangan awal rencana aksi. Ia menyebutkan, keberadaan rencana aksi merupakan penyempurnaan terhadap Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kebidupan Masyarakat NAD dan Nias yang didasarkan kepada Perpres No. 30 Tahun 2005.
Rencana aksi ini pun mengacu kepada Rencana pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah yang memberikan arahan dalam rangka kesinambungan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Waktu pelaksanaan dibagi ke dalam dua tahapan. Tahap 2007 – 2009 merupakan masa tugas dan tanggungawab BRR. Mulai tahun 2009 hingga selanjutnya tugas dan tangggungjawab pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah.
Selain itu, Hayu juga menerangkan rencana aksi pasca 2009. Antara lain, mengenai program yang mendukung pemeliharaan dan operasi dari fasilitas-fasilitas yang dibangun selama masa rekonstruksi dan program yang bertujuan menginstitusionalisakan skema pengurangan resiko bencana ke dalam kebijakan Pemerintah Daerah.
Tuesday, May 15, 2007
BRR Distrik Nias Menerima Tenaga Fasilitator
Dalam rangka pelaksanaan program rekonbstruksi perumahan berbasis masyarakat di wilayah Nias, BRR Distrik Nias merekrut tenaga fasilitator desa untuk mendampingi masyarakat dalam proses rekonstruksi perumahan mereka yang hancur karena bencana gema bumi pada 28 Maret 2005.
Proses perekrutan tahap 1, berupa test kompetensi mulai dilaksanakan hari ini, Selasa 15 Mei 2007 di Kantor BRR Distrik Nias. Tampak 300 orang lebih pelamar berdesak-desakan mengikuti proses seleksi tahap 1 ini.
”Proses seleksi fasilitator tahap 1 untuk merekrut 11 tenaga fasilitator desa. Tenaga fasilitator desa yang dibutuhkan adalah fasilitator bidang teknik dan fasilitator bidang sosial. Namun demikian, karena kurangnya tenaga teknik, maka pada tahap awal sangat diharapkan dapat direkrut mereka yang berlatar belakang pendidikan teknik dan berpengalaman”, demikian ujar Kepala Distrik Nias Yupiter Gulo.
Gulo menerangkan, untuk percepatan rehabilitasi dan rekonstrusi perumahan penduduk di Kabupaten Nias, BRR Distrik Nias sebenarnya membutuhkan ratusan fasilitator yang akan ditempatkan di 400 desa sasaran di Kabupaten Nias. Perekrutan pada tahap selanjutnya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan fasilitator dimaksud, seiring dengan kesiapan desa-desa sasaran.
Ketua Panitia Seleksi Arif Hutapea menjelaskan, proses seleksi dilaksanakan secara bertahap. Test kompetensi ini untuk mengetahui kemampuan dasar peserta.
”Panitia membuka kesempatan kepada pelamar dari berbagai disiplin ilmu, namun disiplin ilmu teknik dan pengalaman akan sangat menentukan. Hal ini dikarenakan, sangat minim pelamar dengan disiplin ilmu dan pengalaman teknik”, demikian ujar Hutapea.
Sekitar 500 peminat sempat memadati kantor BRR Distrik Nias pada pagi hari, namun banyak di antara mereka pmengurungkan niat mengikuti test karena tidak memenuhi syarat sarjanah seperti yang ditetapkan panitia.
Monday, May 14, 2007
Saturday, May 12, 2007
Friday, May 11, 2007
Sekber Laksanakan Rapat Koordinasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nias
Medan, (Analisa)
Sekretariat Bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mengadakan rapat dalam rangka sinkronisasi dan koordinasi rehabilitasi dan rekonstruksi Kabupaten Nias Selatan di Sorake Teluk Dalam, baru-baru ini.
Wakil Ketua Koordinator Sekretariat Bersama (Sekber) Pemprovsu Hj Ir Nurlisa Ginting MSc dalam sambutannya mengatakan, pendirian Sekber Provsu merupakan jembatan penghubung antara BRR dengan Pemerintah Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
”Dengan berfungsinya Sekber ini kami mengharapkan terjalin koordinasi dan sinkroniasi program dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi. Melalui koordinasi dan sinkronisasi ini juga diharapkan Pemkab Nias dan Pemkab Nias Selatan dapat lebih berdaya dalam memelihara dan melanjutkan proses rekonstruksi pada masa mendatang,” sebut Nurlisa.
Kepala BRR Perwakilan Nias William P Sabandar dalam pemaparannya mengharapkan agar masing-masing Sekber dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan dapat saling mengisi sesuai fungsi dan kapasitas yang dimiliki pemerintahan kabupaten dan provinsi.
Turut menyampaikan pemaparan anatara lain, Sekretaris Daerah Kabupaten Nias Selatan JW Dachi dan Kepala Bappeda Nias Selatan Herman Laia. Selain itu juga hadir Kepala BRR Distrik Nias Selatan Siduhu Aro Dachi.
Sekber Provinsi Sumatera Utara dibentuk awal Maret 2007 dan dipimpin Drs RE Nainggolan MM yang juga Kepala Bappeda Sumatera Utara.
Sedangkan di Nias dan Nias Selatan juga terdapat Sekber yang berfungsi mendukung proses perencanaan, serta koordinasi dan komunikasi pada masing-masing kabuten.
ACTION PLAN
Pertemuan koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Kabupaten Nias Selatan ini sepakat menetapkan beberapa butir-butir tindakan yang akan dilaksanakan secara bersama pada masa mendatang.
Butir-butir yang disepakati meliputi, penangan masalah lahan/pertanahan yang akan digunakan dalam rehab rekon perumahan. Penjelasan perlunya kapal fery dan pembuatan dermaga di Nias Selatan.
Penanganan masalah pengadaan air minum, persampahan dan masalah sanitasi. Penanganan Jalan Provinsi serta pemeliharaan aset-aset BRR/NGO yang sudah dan sedang dibangun di wilayah Kabupaten Nias Selatan.
Setelah mengadakan rapat, peserta mengadakan kunjungan lapangan ke lokasi proyek rehabilitasi dan rekonstruksi bagi korban bencana gempa dan tsunami di Nias Selatan.
Rombongan sempat melihat-lihat proyek perumahan di kawasan Sorake Teluk Dalam di mana ditemukan masih ada rumah yang belum ditempati warga masyarakat. (rel/msm
Wednesday, May 09, 2007
Tuesday, May 08, 2007
Sekber Provsu Adakan Rapat Koordinasi Rehab-Rekon di Nias Selatan
Wakil Ketua Koordinator Sekber Pemprovsu Hj. Ir. Nurlisa Ginting, MSc dalam sambutannya mengatakan, pendirian Sekber Provsu merupakan jembatan penghubung antara BRR dengan Pemerimtah Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
”Dengan berfungsinya Sekber ini kami mengharapkan, terjalin koordinasi dan sinkroniasi program yang baik dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi. Melalui koordinasi dan sinkronisasi ini juga diharapkan Pemkab Nias dan Pemkab Nias Selatan dapat lebih berdaya dalam memelihara dan melanjutkan proses rekonstruksi pada masa mendatang”, demikian ujar Nurlisa.
Kepala BRR Perwakilan Nias William P. Sabandar dalam pemaparannya mengharapkan agar masing-masing Sekber dapat melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik dan dapat saling mengisi sesuai fungsi dan kapasitas yang dimiliki oleh pemerintahan kabupaten dan provinsi.
Sekber Provinsi Sumatera Utara dibentuk awal Maret 2007 dan dipimpin oleh Drs. RE Nainggolan, MM yang juga adalah Kepala Bappeda Sumatera Utara. Sedangkan di Nias dan Nias Selatan juga terdapat Sekber yang berfungsi mendukung proses perencanaan, serta koordinasi dan komunikasi pada masing-masing kabuten.
Action Plan
Pertemuan koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Kabupaten Nias Selatan ini sepakat menetapkan beberapa point-point tindakan yang akan dilaksanakan secara bersama pada masa mendatang.
Point yang disepakati meliputi, penangan masalah lahan/pertanahan yang akan digunakan dalam rehab rekon perumahan. Penjelasan perlunya kapal fery dan pembuatan dermaga di Nias Selatan.
Penanganan masalah pengadaan air minum, persampahan dan masalah sanitasi. Penanganan Jalan Provinsi serta pemeliharaan aset-aset BRR/NGO yang sudah dan sedang dibangun di wilayah Kabupaten Nias Selatan.
Setelah mengadakan rapat, peserta mengadakan kunjungan lapangan ke lokasi proyek rehabilitasi dan rekonstruksi bagi korban bencana gempa dan tsunami di Nias Selatan. Rombongan sempat melihat-lihat proyek perumahan di kawasan Sorake Teluk Dalam dimana ditemukan masih ada rumah yang belum ditempati warga masyarakat.
Monday, May 07, 2007
20 Wartawan Nias Ikuti Pelatihan Journalistik di Jakarta
Migo mengharapkan agar peserta mengikuti kegiatan ini dengan sebaik-baiknya, dan agar pengalaman dan pendidikan bersama LPDS yang kredibel dapat meningkatkan kerjasama dan kemampuan wartawan Nias dan Nias Selatan dalam menyampaikan pelaporan atau reportase di media.
Migo menjelaskan, mereka yang diundang mengikuti seleksi adalah wartawan, termasuk koresponden, dari media pers cetak, media siaran radio dan televisi, dan media on-line (internet), baik yang dikelola di daerah maupun yang berskala nasional. Proses selekasi yang dilakukan oleh LPDS sendiri. BRR Perwakilan Nias tidak ikut campur dalam proses seleksi.
Daftar Peserta Pelatihan:
-SKM Berita Nias: Januari Mendrofa, Fatiwanolo Harefa, Aroziduhu Zega
-SKM Brantas: Lalaziduhu Harefa
-SKM Gebrak: Faogomano Harefa, Belala Zega
-Harian Analisa: Karsani Aulia Polem
-SKM Ekspos Independent: Saribudi Dawolo
-Harian Mimbar Umum: Yamobaso Giawa
-RRI Gunungsitoli: Syarbaini
-Harian Waspada: Bothani Manjaya Telaumbanua
-SKM Media Fakta: Marllyin F. Lawőlő
-SKM Indonesia Merdeka: Nosdirman Lase
-SKM News Investigasi: Inoto Mendrofa
-SKM Madya Pos: Yafahőna Mendrőfa
-Harian Realitas: Firman Zebua
-Harian Mandiri: Suarman Telaumbanua
-SKM Warta Indonesia Baru: Al Az Lubis
-Harian Portibi DNP: Rendoes Halawa
-Harian Berita Sore: Walaupun Sarumaha
Para pengajar
Para pengajar adalah akademisi, wartawan, dan pengamat pers berpengalaman luas, termasuk para pakar yang telah memimpin penerbitan pers terkemuka dan bahkan juga aktivis gerakan anti korupsi. Mereka adalah Atmakusumah Astraatmadja, Maskun Iskandar, Masmimar Mangiang, Pius Pope, Sri Mustika, Syahrir Wahab, Teten Masduki, Thahir D. Asmadi, Tribuana Said dan Warief Djajanto Basorie.
BRR Perwakilan Nias Adakan Workshop Pengembangan Masyarakat
Program berbasis masyarakat ini antara lain diterapkan dalam program pembangunan perumahan masyarakat dan pada sektor perekonomian. Pendekatan serupa diharapkan dapat dierapkan pada semua sektor rehabilitasi dan rekonstruksi Nias dan Nias Selatan.
Agar pendekatan program ini dipahami oleh semua pelaku inti BRR Perwakilan Nias maka akan diadakan Workshop Pengembangan Masyarakat, yang akan diadakan pada Kamis, 10 Mei 2007 di Pendopo Bupati, Gunungsitoli Nias.
"Workhsop ini dilaksanakan sebagai forum penyamaan cara pandang terhadap kebijakan BRR Nias untuk memperbesar peran masyarakat di dalam proses rehabilitasi-rekonstruksi, dan bertujuan agar masing-masing memahami fungsi, tugas dan perannya secara struktural maupun fungsional", demikian ungkap Willian di Gunungsitoli, Sabtu 05 Mei 2007.
William mengharapkan agar peserta yang diundang agar hadir mengikuti kegiatan workshop tersebut. Peserta yang diundang adalah Kepala Distrik Nias, Kepala Distrik Nias Selatan, Kepala Bidang di lingkungan BRR Wilayah VI, Asisten Kepala Bidang, Manager, KPA dan PPK di lingkungan wilayah VI Nias.
Pembicara pada workhsop ini sebagai berikut:
William Sabandar dengan topik Kerangka Kebijakan Pendekatan Pelaksanaan Program BRR Nias Tahun 2007.
Koni Samadhi dengan topik Upaya Melibatkan Masyarakat dalam Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Berbagai Sektor Kegiatan BRR Nias sebagai Exit Strategy BRR Nias.
Erwin Fahmi dengan topik Prinsip, filosofi dan konsepsi pendekatan pembangunan berbasis masyarakat.
Yuniarto dengan topik Pengaruh pendekatan partisipatif terhadap peningkatan kualitas tenaga kinerja rekonstruksi.
Bambang Irawan dengan topik Gambaran Umum Pelaksanaan BLM di BRR Nias.
Setelah penyajian dengan topik-topik seperti disebut di atas, workshop dilanjutkan dengan diskusi (FGD).
Kegiata ini dimulai dari jam 8.00 WIB dan berakhir pada jam 14.15 WIB.